STRATEGI
DAKWAH ONLINE AHLUSUNNAH WAL JAMAAH DI ERA MODERN
Qomaruzzaman
Universitas
Negeri Malang
Email:
qomarquzan@gmail.com; qomarquzan@live.com
Abstrak:
Di era yang modern ini banyak website atau situs-situs yang gencar mengkaji tentang paham akidah
ahlusunnah wal jamaah. Namun apabila ditelusuri lebih lanjut terdapat
paham-paham yang mengaku ahlusunnah wal jamaah akan tetapi menyimpang dari
ajaran ahlusunnah wal jamaah. Melalui metode analisis di media online, penulis menemukan ada beberapa
media online yang dikaji penulis
masuk dalam kategori ajaran ahlusunnah wal jamaah dan yang bukan. Media dakwah online ini juga diharapkan memungkinkan
peserta untuk berinteraksi di dunia nyata sehingga saling bertemu satu sama
lain. Yang hal ini diperlukan menghindari prasangka yang mungkin dapat timbul
saat berinteraksi dalam media sosial. Sumber referensi yang digunakan dalam
pembahasan setiap ilmu harus tervalidasi sehingga dapat diterima keabsahannya.
Kata
Kunci: ahlusunnah wal jamaah; media; online
Di era globalisai yang
serba canggih ini berbagai informasi sangat mudah untuk di akses kapanpun, dan
dimanapun. Tidak menutup kemungkinan juga informasi tentang kajian akidah ahlussunnah wal jamaah. Sebenarnya
kajian akidah yang di akses harus jelas sumber dan penulisnya aga orang yang
membaca tidak salah paham dalam berakidah untuk kehidupan beragama. Dalam
internet siapapun bebas menulis dan mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu
sangat penting bagi pengguna untuk mengetahui mana situs yang menjelaskan
ahlussunnah wal jamaah yang sebenarnya dan mana situs yang hanya menjelaskan
akidah ahlussunnah wal jamaah menurut golongan yang bukan ahlussunnah wal
jamaah.
Tujuan penulisan
artikel ini ialah untuk menjabarkan beberapa situs yang benar-benar ditulis
oleh orang atau lembaga yang berakidah ahlussunnah wal jamaah berdasarkan
sumber yang mencerminkan akidah ahlussunnah wal jamaah yang jelas sanad sumber keilmuannya. Selain itu dalam artikel
ini juga menunjabarkan situs yang menjelaskan ahlussunnah wal jamaah, namun
paham ahlussunnah wal jamaah yang dijabarkan bukan merupakan paham ahlussunnah
yang dibenarkan berdasarkan kajian pustaka.
Manfaat penulisan artikel
ini adalah agar pengguna internet yang bermaksut mendalami agama khususnya
mengenai akidah ahlussunnah wal jamaah, tidak salah dalam mengakses informasi
dari situs yang ada. Jadi, diharapkan artikel ini dapat memberikan acuan
mengenai situs ahlussunnah wal jamaah yang
ditulis berdasarkan sanad keilmuan yang
runtut sampai ke imam madzhab ahlussunnah wal jamaah hingga ke
Rasulullah SAW.
KAJIAN PUSTAKA
Rasulullah SAW bersabda
bahwa umat islam akan terpecah belah menjadi 73 golongan,dan golongan yang
selamat hanyalah golongan ahlussunnah wal jamaah. Oleh karena itu beberapa
golongan yang kita jumpai pada saat ini mengklaim bahwa mereka berakidahh
ahlsunnah wal jamaah. Namun pada kenyataannya beberapa golongan yang mengklaim
bahwa dirinya ahlussunnah wal jamaah meskipun pada amaliyahnya belum
mencerminkan akidah ahlussunnah wal jamaah. Tidak sedikit orang yang salah mengartikan ahlusunnah wal
jamaah yang sebenarnya. Sehingga banyak dari mereka yang terkibat dalam
golongan yang amaliyahnya belum mencerminkan akidah ahlussunnah wal jamaah meskipun
mereka meglaim bahwa dirinya adalah ahlusunnah wal jamaah. Oleh karena itu
berikut ini akan dijabarkan pengertian ahlusuunah wal jamaah dan strateginya
dalam menyampaikan akidah tersebut.
1. Strategi Ahluss
Sunnah Wal Jamaah
Ahlussunnah Wal Jamaah adalah mereka yang berpegang
teguh kepada sunnah Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam ; mereka yang
bersepakat dalam hal itu. Mereka adalah para Sahabat dan Tabi’in, para imam
yang diberi hidayah dan yang mengikuti mereka, dan siapa yang berjalan mengikuti
jejak mereka dalam aqidah, perkataan dan perbuatan sampai hari kiamat.
Maimoen (2010) menyatakan bahwa dalam perjalanan
sejarah, hanya dua aliran yang mengklaim dirinya sebagai pengikut dan mewakili
madzhab Ahlussunnah Wal Jamaah, yaitu aliran yang mengikuti madzhab al-Asya‟ri
dan al-Maturidi dan aliran yang mengikuti paradigma Ibnu Taimiyah al-Harrani.
Kedua aliran inilah yang mengklaim dirinya masih mengikuti dan mewakili
Ahlussunnah Wal Jamaah, sementara kelompok yang lain divonis sebagai kelompok
ahli bidah. Menurut mayoritas ulama, madzhab al-Asy‟ari dan al-Maturidi adalah
golongan yang memerankan Ahlussunnah Wal jamaah. Dalam konteks ini al-Imam
al-Hafidh al-Zabidi dalam kitabnya mengatakan: “Apabila Ahlussunnah wal jamaah
disebutkan, maka yang dimaksudkan adalah pengikut madzhab al-Asy‟ari dan
al-Maturidi.”
Penjelasan Hadratussyaikh tersebut seiring dengan
hadits shohih berikut ini: “Dari Ibrahim al-Udzri ra. dia berkata, Rasulullah
bersabda: „Ilmu agama ini akan dibawa oleh orang-orang yang adil dalam setiap
generasi. Mereka akan membersihkan ilmu agama dari distorsi kelompok yang
ekstrim, kebohongan mereka yang bermaksud jahat dan penafsiran mereka yang
bodoh.”(HR. Al-Baihaqi) Hadits ini memberikan penjelasan bahwa ajaran agama
Islam akan selalu disampaikan dari generasi ke generasi oleh para ulama yang
dapat dipercaya, yang selalu membersihkan ajaran agama dari pemalsuan dan
kebohongan. Berkaitan dengan substansi hadits tersebut apabila kita mengkaji
sejarah peradaban Islam, maka akan dijumpai bahwa para pakar yang menjadi
rujukan kaum muslimin dalam berbagai disiplin ilmu agama hingga kini adalah para
ulama yang mengikuti madzhab al-Asy‟ari dan al-Maturidi.
Dasar-Dasar Ahluss
Sunnah Wal Jamaah
A. Al-Qur’an
Al-Qur‟an
merupakan sumber hukum fiqh utama dan paling agung, yang merupakan hujjah
paling agung antara manusia dan Allah SWT, al-Qur‟an juga merupakan tali yang
kuat dan tidak akan putus. Allah SWT berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai”. (QS. Ali
Imran:103) Al-Qur‟an adalah pokok dari semua dalil dan argumentasi. Sebagaimana
dalam al-Qur‟an: “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikan ia kepada Allah (al-Qur‟an) dan Rasul-Nya (al-Hadits).” (QS. An-Nisa‟:
59)
B. Al-Hadits
Hadits adalah dalil kedua dalam penetapan
aqidah-aqidah dalam Islam. Hadits yang dapat dijadikan dasar adalah hadits yang
perawinya disepakati dapat dipercaya oleh para ulama. Hadits Nabi berfungsi
untuk menjelaskan hukum-hukum al-Qur‟an yang bersifat global dan general.
Karena syari‟at islam diturunkan secara bertahap untuk menunjukkan kasih sayang
Allah SWT kepada hamba-Nya. Bentuk kasih sayang tersebut adalah menjelaskan
al-Qur‟an yang masih global tersebut. Allah berfirman: “Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7)
C. Ijma’ Ulama
Ijma‟ adalah konsensus para mujtahid sepeninggal
Rasulullah
dari masa ke masa atas satu hukum. Dalil kehujjahan ijma‟ ini berdasarkan sabda
Nabi Muhammad “Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengumpulkan umatku dalam kesesatan. Pertolongan Allah selalu bersama jama‟ah.
Dan barangsiapa yang mengucilkan diri dari jama‟ah, maka ia mengucilkan dirinya
ke neraka.” (HR. Tirmidzi). Ijma‟ ulama yang mengikuti ajaran Ahlul Haqq dapat
dijadikan argumentasi dalam menetapkan aqidah.
D. Qiyas
Qiyas
adalah menyamakan masalah baru dengan masalah yang sudah jelas ketetapan
hukumnya dalam agama yang didasarkan pada illat yang menyatukan dua masalah
dalam hukum tersebut. Qiyas yang bisa dibuat hujjah adalah qiyas yang
berlandaskan pada nash, ijma‟. Allah berfirman: “Maka ambillah (kejadian itu)
untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (QS.
Al-Hasyr: 2) 3
2. Pengertian Masyarakat
Modern.
Zulkarnaini (2015), masyarakat modern adalah
masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang
terarah kepada kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat
modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota, walaupun
tidak semua masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern karena ia tidak
memiliki orientasi ke masa kini.
Tingkat pendidikan formal masyarakat modern pada
umumnya tinggi dan merata. Terlihat dari penghasilan orang tua yang cukup
besar, sehingga bisa menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang memiliki
pendidikan formal yang tinggi. Akan tetapi orang tua di zaman modern ini hanya
menginginkan pendidikan duniawi yang tinggi, tanpa memikirkan pendidikan
akhirat yang bahkan jauh lebih penting bagi kehidupan anak di masa mendatang.
3.
Karakteristik
Masyarakat Modern
Karakteristik
masyarakat modern dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Masyarakat modern mampu menerima dan menghasilkan inovasi baru, contohnya camera CCTV yang digunakan untuk mengawasi ruangan tertentu.
- Masyarakat modern tergolong ke dalam bermacam-macam profesi yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, Ketrampilan dan kejuruan, contohnya seperti SMK yang mempunyai beberapa jurusan dengan tujuan agar murid lebih mudah memilih bidang/profesi yang akan di tekuni.
- Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata, contohnya di kota dan desa sudah ada sekolah yang berstatus negeri dan swasta dengan fasilitas dan kurikulum yang sama.
- Masyarakat modern tidak mengenal lagi penjelasan yang irasional seperti yang dikenal oleh masyarakat tradisional, contohnya semacam pengobatan melalui air putih yang diberi doa oleh ulama’.
- Masyarakat modern tidak meyakini hal-hal yang berbau tahayul ataupun mistis, karena masyarakat modern lebih berpikir secara logika, Contohnya tidak percaya kepada acara 7 bulanan
4.
Kehidupan
Beragama bagi Masyarakat Modern
Banyak bukti yang menggambarkan profil masyarakat
era globalisasi telah menunjukkan adanya efek negatif yang sarat dengan
pesanpesan budaya non islami sehingga menyebabkan pengikisan iman sebagian
besar Islam di negara kita Indonesia. Profil masyarakat era globalisasi
sekarang ini dapat kami diskripsikan sebagai berikut.
Umat islam di
negara kita semakin tidak berdaya terhadap upaya internalisasi nilai-nilai
budaya non Islami dan yang jelas bertentangan dengan kaedah-kaedah dalam
syari’at Islam; sebagai bukti nyata orang tua tidak mampu melarang anak
gadisnya berpakaian ala artis, padahal gaya berpakaian seperti itu jelas-jelas
bukan tidak sopan lagi akan tetapi sudah melanggar dari norma-norma Islam.
Lebih menprihatinkan lagi Majelis Ulama Indonesia juga belum berdaya menghadapi
gencarnya Tantangan Dakwah di Era Globalisasi. Beberapa tayangan sinetron dan
berbagai acara hiburan lainnya dengan cara berpakaian yang bukan saja melanggar
etika budaya ketimuran akan tetapi juga sangat bertentangan dengan ajaran Islam
dalam berbusana.
Pola pikir yang pertama yaitu pola pemikiran
liberalis, maksudnya yang ingin membuka seluas-luasnya kebebasan pemikiran,
dalam rangka menerapkan Islam dalam suatu tatanan kehidupan social kontemporer,
tanpa ada kerikuhan menggusur tatanan lama yang sudah mapan. Sekularisme dan
humanisme merupakan pemecahan pragmatis yang perlu dilakukan. Istina (Rakhmawati
398 ADDIN, Vol. 8, No. 2, Agustus 2014)
Pola pikir yang kedua yaitu pola pemikiran nasional,
maksudnya yang ingin mempribumikan Islam dengan suatu asumsi, bahwa Islam yang
Rahmatan lil ‘alamin itu dapat diterapkan dalam nasionalitas yang berbeda-beda,
tanpa menggusur kebudayaan setempat yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip keyakinan akidah dan syari’ah Islam secara definitif.
Menurut Budi Munawar Rahman22 , 2 Pengantar Budi
Munawar Rahman, dalam Komaruddin Hidayat & Wahyuni Nafis, “Agama masa
depan, perspektif filsafat perennial”, Paramadina, Jakarta, manusia modern itu
hidup di pinggir lingkar eksistensi. Menurutnya, manusia modern melihat segala
sesuatu hanya berdasarkan sudut pandang pinggiran eksistensi. Sementara
pandangan tentang spiritual atau pusat spritualitas dirinya”, terpinggirkan.
Makanya, meskipun secara material manusia mengalami kemajuan yang spektakuler
secara kuantitatif, namun secara kualitatatif dan keseluruhan tujuan hidupnya,
manusia mengalami krisis yang sangat berarti.
Bagi
manusia modern, akses-akses negative
yang ditimbulkan oleh
modernisasi akan mampu
di proteksi oleh kearifan
esoteric sebuah religiusitas. Tetapi yang
menarik dari fenomena
ini adalah bahwa kecenderungan sikap dan
pilihan beragama kaum modernis
adalah model beragama
yang mengedepankan spirit
relegiusitas ketimbang agama formal konvensional. Slogan mereka yang cukup
terkenal itu adalah “Spirituality yes, organized religion no”. Hal ini kalau
kita lihat lebih dalam karena ada pengaruh dari karakteristik modernisasi yang
mengdepankan rasio dan daya kritis terhadap sebuah kebenaran.
5.
Strategi
Dakwah Ahluss Sunnah Wal Jamaah dalam Masyarakat Modern
Perlu strategi
jitu dalam berdakwah membimbing umat untuk berada di jalan yang di
ridhai Allah SWT. Seorang da’i juga harus memahamai bagaimana kondisi
maupun latar belakang objek dakwah. Hal
itu bertujuan agar apa yang disampaikan
dapat diterima oleh objek dakwah. Ahlussunnah wal jamaah dalam dakwahnya
tidak memakai kekerasan maupuun paksaan, tapi lebih bersifat dakwah dengan
kelembutan dan kasih sayan sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.. Oleh
karena itu akidah ahlussunnah wal jamaah dapat diterima oleh semua kalangan di
setiap zaman. Berikut akan dipaparkan.
beberapa strategi dakwah yang diterapkan oleh K.H Wahab Hasbullah yang
merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama yang berakidah ahlussunnah wal
jamaah.
Pertama yaitu dengan Bil Hikmah, artinya berusaha
menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan perkembangan zaman
dan tempatnya. Meskpun menyesuaikan dengan perkembangan
zaman dan tempatnya, namun tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT.
Kedua yaitu dengan Mau’idhatul-Hasanah, artinya melalui ungkapan-ungkapan yang mengandung
bimbingan, pengasuhan, pendidikan dan keteladanan. Hal itu bertujuan agar pesan-pesan yang disampaikan bisa digunakan
sebagai pedoman dalam kehidupan
Ketiga yaitu dengan dengan jalan Al-Mujadalah
billati Hiya Ahsan, artinya dilakukan dengan dialog dan diskusi yang
argumentative dan penuh kesopanan.
Penerapan metode ini juga disesuaikan dengan
kadar tingkatan pemahaman obyek
dakwah yang dihadapi.
Keempat yaiu dengan
pendekatan kultural. Dalam hal ini dakwah yang disampikan dapat melalui kebudayaan atau kultur yang
ada. Dengan pendekatan kultural ini, maka Islam dapa tertanam dengan arif dan
bijaksana menghormati tradisi lama.
Kelima yaitu dengan
kaderisasi. Kaderisasi ini difokuskan kepada generasi muda dengan
memberikannya bekal pemahaman agama khususnya akidah ahlussunnah wal jamaah. Pembekalan ini sangat diperlukan
arena generasi muda juga yang menanggung beban
keagamaan maupun kenegaraan di masa yang akan datang.
Keenam yatu dengan
strategi dakwah melalui kebebasan berpikir dan berpendapat. Kebebasan
dalam hal ini tentunya kebebasan yang bertanggungjawab dan tetap berpegang teguh pada nilai keislaman.
Dengan memberikan ruang kebebasan berpikir dan berpendapat kaum muslimin justru
akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis
keislaman.
Ketujuh yaitu
berdakwah melalui media. Dalam
hal ini KH. Wahab Hasbullah berdakwah melalui tiga media yaitu media pesantren,
media organisasi, dan media masa.
Berdakwah melalui pesantren ini dilakukan beliau dengan mendirikan pesantren Bahrul UlumTambak Beras
Jombang. Sebab didirikannya lembaga pendidikan pesantren adalah didasarkan atas
penggilan kepada manusia untuk menjadi “subyek” yang selalu sadar dengan
kemampuannya, dan agar berpegang teguh pada nilai-nilai etika dan moralitas
universal yang bersumber dari mata air kitabullah dan Sunnah
Rasulullah. Kh. Wahab Hasbullah
dakwah melalui beberapa organisasi yaitu
Tashwirul Afkar(1914), Nahdlatul
Wathan(1916), Nahdlatul Tujjar (1918),
Nahdlatul Ulama (1926). Selain itu dakwah juga dilakukan dengan menggunakan
media masa karena dakwah melalui tulisan
sangat efektif dan efisien. dalam
menggambarkan gerakan NU dan pesantren
ke public.
Kedelapan yaitu dakwah melalui pendidikan.
Dalam hal pendidikan, KH. Wahab
Hasbullah berpendapat bahwa pendidikan tidak harus dilakukan di pesantren dan
mendidik harus tepatpada situasi dan kondisi yang dibutuhkan masyarakat, bukan
berarti pendidikan pesantren dilupakan. mencari ilmu dan memberikan pendidikan
itu bukan hanya dapat dilakukan sementara, melainkan harus dilakukan di setiap
tempat dan setiap kesempatan selama kita masih hidup
METODOLOGI PENULISAN
A.
Kerangka
Berpikir
Penulisan
karya ilmiah ini menggunakan kerangka berpikir induktif dengan mengumpulkan
informasi dari beberapa media dakwah yang beredar secara online. Penulis secara
cermat menganalisis konten dakwah sebelum mengkategorisasinya ke dalam akidah
ahlus sunnah wa al jamaah.
Pendekatan
penulisan karya ilmiah ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan
menjabarkan informasi yang telah diperoleh. Maka batasan-batasan pembahasan dibutuhkan
untuk mempertajam hasil analisis. Batasan-batasan tersebut sudah dibahas dalam
bagian kajian teori.
B.
Metodologi
Penulisan
Penyusunan strategi dakwah harus berdasarkan kajian
ilmu metode dakwah agar dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuannya. Para
ulama terdahulu dan peneliti telah mengkaji beberapa metode dakwah yang telah
berkembang saat itu. Pengkajian metode sebelum penyusunan strategi dakwah
bertujuan untuk mengoptimalkan gerakan dakwah dan menghindari
kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu.
Oleh karena itu, pada artikel ini dilakukan riset
kecenderungan gerakan dakwah yang telah dan kini ada. Peneliti melakukan
menyusun analisis kecenderungan masalah, metode, pola pengorganisasian dan
pengelolaan dakwah yang terjadi di masa lalu, kini dan kemungkinan yang terjadi
di masa mendatang.
Peneliti melakukan studi deskripti kualitatif dengan
pendekatan induktif dan konsentrasi kajian media dakwah online yang telah ada
seperti, blog, situs, youtube, dan media sosial. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan tema-tema yang menjadi
konten dakwah dalam media yang beredar. Peneliti menghimpun data-data, dan
menganalisis konten media yang berkaitan dengan akidah ahlus sunnah wal jamaah.
Selanjutnya pada teknik analisis data, hasil analisis tersebut dikategorisasi
sesuai dengan kategori ahlus sunnah wal jamaah yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya melalui proses penangkapan makna dan kemudian
menginterpretasikannya.
Hasil interpretasi terhadap konten dakwah dalam
media online menjadi acuan strategi dakwah ahlus sunnah wal jamaah yang
diajukan dengan berbagai sumber rujukan acuan yang telah ada. Strategi dakwah
akidah ahlus sunnah wa jamaah yang dihasilkan berupa suatu media online yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern dengan mengakomodasi beberapa
karakteristiknya sehingga diharapkan menjadi suatu media yang disukai oleh
masyarakat.
C.
Strategi
Ahlussunnah Wal Jamaah Dalam Masyarakat Modern
Perlu strategi
jitu dalam berdakwah membimbing umat untuk berada di jalan yang di
ridhai Allah SWT. Seorang da’i juga harus memahamai bagaimana kondisi
maupun latar belakang objek dakwah. Hal
itu bertujuan agar apa yang disampaikan
dapat diterima oleh objek dakwah. Ahlussunnah wal jamaah dalam dakwahnya
tidak memakai kekerasan maupuun paksaan, tapi lebih bersifat dakwah dengan
kelembutan dan kasih sayang sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Oleh
karena itu akidah ahlussunnah wal jamaah dapat diterima oleh semua kalangan di
setiap zaman. Terutama di zaman modern yang serba elektronik dan praktis ini.
Berikut akan dipaparkan beberapa strategi dakwah yang diterapkan oleh K.H Wahab
Hasbullah yang menurut penulis dapat digunakan untuk strategi dakwah
ahlussunnah dalam kehidupan modern.
D.
Strategi
Kaderisasi
Pada era globalisasi ini berbagai kebudayaan barat
dapat bebas masuk di lingkungan sekitar kita. Kebudayaan barat tersebut ada
yang bersifat positif dan negatif. Namun sayangnya budaya yang banyak dianut
oleh warga kita adalah budaya yang bersifat negatif. Mirisnya lagi hal budaya
negatif tersebut mudah dan lebih banyak diterima oleh generasi muda kita.
Misalnya budaya pergaulan bebas yang telah menjerat banyak korban yang
merupakan generasi penerus bangsa. Tentunya peran ulama sangat diperlukan untuk
menanggulagi keprihatinan ini. Strategi kaderisasi dapat diterapkan untuk
membekali pemahaman agama generasi muda agar terhindar dari pergaulan bebas.
Kaderisasi ini dapat melalui organisasi keagamaan khususnya ahlussunnah wal
jamaah seperti organisasi pemuda IPNU maupun IPPNU.
E.
Strategi melalui
Media Massa
Derasnya arus media sosial tidak dapat dihindari
pada era yang serba gadget ini. Maraknya media sosial seperti BBM, WhatssUp,
Line, Facebook, dan lain sebagainya membuat para individu semakin disibukkan
dengan keasyikannya sendiri dalam memanfaatkan media sosial tersebut. Hampir
setiap orang di masyarakat urban memiliki gadget yang penuh dengan akun media
sosial. Untuk memanfaatkan hal ini, maka dakwah perlu digencarkan melalui media
sosial. Misalnya dengan membuat akun-akun yang menunjang dakwah ahlussunnah wal
jamaah seperti blog NU.Co.id, ALA NU pada Instagram, dan masih banyak akun
media sosial dakwah lainnya. Dakwah melalui media sosial dirasa sangat efektif
dan efisien di era modern seperti ini. Karena pada umumnya sedikit sekali
kemungkinan untuk pergi ke tempat-tempat pengajian. Di era modern ini setiap
orang lebih banyak disibukkan dengan hal-hal yang bebau duniawi, dan ukhrowi
hanya sebagai pelengkap saja.
F.
Strategi Melalui
Pendidikan
Seperti yang telah disinggung di atas, sedikit
sekali kemungkinan pada setiap masyarakat modern untuk pergi ke tempat-tempat
pendidikan di masjid, maupun di pesantren karena lebih banyak disibukkan dengan
hal-hal yang bebau duniawi, dan ukhrowi hanya sebagai pelengkap saja. Menurut
KH. Wahab Hasbullah pendidikan tidak harus dilakukan di pesantren dan mendidik
harus tepatpada situasi dan kondisi yang dibutuhkan masyarakat, bukan berarti
pendidikan pesantren dilupakan. mencari ilmu dan memberikan pendidikan itu
bukan hanya dapat dilakukan sementara, melainkan harus dilakukan di setiap
tempat dan setiap kesempatan selama kita masih hidup di dunia. Oleh karena itu,
dakwah melaluli pendidikan Ahlusuunnah wal jamaah pada masyarakat modern dapat
disisipkan dalam berbagai acara misalnya sambutan pada acara pernikahan, acara
khitanan, acara tujuhbulanan dan lain sebagainya. Dalam acara-cara tersebut
seseorang yang memberi sambutan dapat menyisipkan akidah ahlussunnah wal jamaah
kepada masyarakat modern yang hadir pada acara tersebut.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Temuan
Penulis mengeksplorasi berbagai media
dakwah online yang beredar menggunakan mesin pencari google. Berdasarkan hasil temuan, didapatkan ada lima media online
terbanyak dikunjungi berdasarkan statistik dari Alexa, yaitu sebuah sistem
online yang dapat mengidentifikasi jumlah pengunjung dari suatu halaman web.
Kelima media online tersebut antara lain, www.nu.or.id, www.almanhaj.or.id, www.muslimmedianews.com, www.muslim.or.id, dan www.rumaysho.com.
Berdasarkan kajian dari kelima media
online tersebut, dua diantaranya dikategorikan dalam aliran ahlussunnah
waljamaah, yakni www.nu.or.id dan www.muslimmedianews.com. Sedangkan tiga diantaranya, yaitu www.almanhaj.or.id, www.muslim.or.id dan www.rumaysho.com tidak dikategorikan sebagai aliran ahlussunnah waljamaah.
B.
Hasil
Kajian: Pengkajian Pada Tiap-Tiap Laman Online
Pada bagian berikut akan dijabarkan
masing-masing media online yang telah disebutkan.
Laman www.nu.or.id merupakan laman yang dibuat oleh pemuda-pemuda organisasi
Nahdlatul Ulama. Laman ini sebagian besar berisi tentang opini tentang situsi
yang tengah terjadi dalam masyarakat Indonesia. Sebagian besar konten yang
dimuat dalam laman ini berisi tentang respon terhadap isu, peristiwa, dan
kajian fikih serta amaliyah yang biasa dilakukan oleh golongan NU. Sesekali
laman ini berisi tentang humor dan kisah-kisah dari ulama.
Berdasarkan dari kajian dari segi
tampilan, laman ini didominasi oleh warna hijau yang menjadi ciri khas dari
organisasi NU. Penggunaan warna dalam suatu laman web, berpengaruh secara
psikologis terhadap pengunjungnya. Warna-warna dapat mempengaruhi kondisi
emosional seseorang. Warna hijau dapat menimbulkan rasa sejuk dan tenang.
Berdasarkan kajian konten keislaman,
laman ini banyak mengutip dari pendapat ulama salaf sebagai acuan
argumentasinya. Hampir tidak ditemukan suatu konten yang bernada sarkastik atau
sinisme terhadap sesuatu. Penggunaan dalil naqli, yaitu al-quran dan hadis,
secara langsung jarang ditemui dan lebih banyak memuat pendapat ulama tentang
tafsiran dari dalil tersebut.
Ulama yang dijadikan acuan sebagian
besar merupakan kyai yang menjabat kepengurusan dari organisasi dan mursyid
thariqah al-muktabarah. Tradisi seperti ini memang dijaga oleh kalangan
nahdlatul ulama agar sanad keilmuan dapat diketahui dengan jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Beberapa penjelasan dari luar kalangan ulama, seperti
budayawan juga dimuat agar menambah khazanah wawasan keislaman.
Pengkajian tentang akidah ahlussunah
waljamaah lebih banyak menjelaskan tentang dalil-dalil amaliyah yang biasa
dilakukan oleh orang NU, seperti tahlilan, istigotsah, ziarah kubur, dan
lain-lain. Strategi ini dilakukan untuk men-counter
argumentasi dari luar NU yang pada umumnya menganggap amaliyah tersebut
sebagai bid’ah dan syirik.
Laman ini banyak memuat tentang
informasi keislaman terkini. Oleh karena sebagai salah satu media jurnalis,
selain media dakwah, laman ini memiliki susunan redaksi yang terstruktur oleh
beberapa orang. Gerakan-gerakan sosial yang diselenggarakan oleh lembaga islam
diberitakan oleh laman ini.
Berdasarkan kajian tentang tampilan,
laman ini didominasi oleh warna putih. Penggunaan fitur menu dalam laman ini
cukup kompleks sehingga terkesan menyulitkan pengunjungnya. Akan tetapi, jika
lebih sabar dalam mengkaji laman ini, maka dapat ditemukan berbagai tulisan dan
referensi keislaman yang lengkap.
Pengkajian tentang akidah ahlussunah waljamaah
banyak mengutip dari beberapa referensi kitab berbahasa arab. Berbagai dalil
dari pendapat ulama bisa didapatkan dari berbagai kitab rujukan yang bisa
diunduh dengan mudah. Secara tidak langsung, laman ini merupakan penunjang dari
laman www.nu.or.id sebelumnya yang kurang memuat referensi dari ulama.
Berdasarkan data statistik pengunjung
Alexa, jumlah pengunjung laman ini merupakan yang paling sedikit di antara
empat laman yang lain. Salah satu faktor penyebabnya mungkin adalah karena
tampilan yang kurang menarik dan lebih banyak menggunakan teks yang berbahasa
arab.
Ketiga laman ini memiliki karakteristik
yang hampir sama. Tampilan ketiga laman ini cukup menarik. Laman ini dibuat
dengan fitur yang lebih baik dan responsif ketika dibuka melalui ponsel. Hal
inilah yang menyebabkan jumlah pengunjung laman ini lebih banyak dari dua laman
sebelumnya.
Konten laman ini lebih banyak membahas
tentang amaliyah yang dianggap sebagai bid’ah dan syirik. Dengan moto
“memurnikan kembali ajaran islam”, pembahasan yang dimuat dalam laman ini kerap
menjadi perdebatan di beberapa kalangan umat islam. Berdasarkan hasil kajian
tentang konten keilmuan, acuan argumentasi yang digunakan berasal dari Syaikh
Albani dan Ibnu Taimiyah.
Pengkajian juga dilakukan dengan
menganalisis efek psikologis setelah membaca kandungan konten. Seringkali,
penulis merasa terhenyak dan mendapatkan sensasi menggebu-gebu, meskipun diksi
yang digunakan biasa saja. Pengaruh logika argumentasi yang digunakan cukup
mempengaruhi kondisi emosional pembaca.
C.
Kajian
Kategorisasi Akidah Ahluss Sunnah Wal Jamaah dalam Konten Media Online
Acuan kategorisasi akidah Ahlussunnah
waljamaah yang digunakan adalah pada kategorisasi yang telah dijabarkan pada
bagian Tinjauan Pustaka. Mengacu pada kategori sebelumnya, tiga laman antara
lain www.almanhaj.or.id, www.muslim.or.id, dan www.rumaysho tidak termasuk dalam kategori konten akidah ahlussunah
waljamaah.
Secara umum, ketiga konten tersebut
menolak beberapa konsep akidah yang banyak dianut oleh umat muslim di dunia.
Acuan argumentasi yang dikemukakan cenderung dilakukan secara “tebang-pilih”.
Para kontributor penulis dalam ketiga media online tersebut melakukan telaah
dalil al-quran dan al-hadis secara kurang mendalam dan leksikal. Secara prinsip
keilmuan, pengansumsian seperti itu tidak dapat dilakukan karena memiliki kadar
subjektifitas yang tinggi.
Hal di atas dapat mengurangi sikap
kritis dari pengunjung yang pada umumnya adalah masyarakat awam. Masyarakat
awam yang dimaksud di sini adalah masyarakat yang kurang memiliki akses
keluasan sumber wawasan keislaman. Pada umumnya, masyarakat modern cenderung
malas mengkritisi berbagai hal termasuk dalam doktrin-doktrin keagamaan. Sikap
kritis kadang diperlukan untuk memperdalam wawasan suatu keilmuan.
Penggunaan dogma pengkafiran terhadap
suatu sikap yang mempertanyaan keabsahan penggunaan argumentasi yang
mencantumkan dalil al-quran dan sunnah tanpa memperhatikan konteks, dan
kesesuaian terhadap suatu masalah dapat menjadi buah simalakama bagi pembaca
media. Di satu sisi, ada semacam distorsi logika dalam penggunaan argumentasi,
dan di sisi yang lain ada semacam kekhawatiran dianggap menjadi kafir. Hal ini
tidak sesuai dengan akidah ahlussunnah waljamaah bahwa perbedaan tafsir dan
hasil ijtihad merupakan sesuatu yang saling melengkapi dan bukan saling
menafikan.
Selain itu, banyak konsep akidah ahlussunnah
yang merupakan konsep mentah tanpa pembahasan lebih bersifat praktis.
Sedangkan, pada umumnya masyarakat modern kurang mendapat contoh teladan
perilaku islami yang sebenarnya. Media online juga seharusnya manampilkan
contoh-contoh perilaku akhlak seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
D.
Strategi
Dakwah Ahluss Sunnah Wal Jamaah pada Masyarakat Modern Berbasis Media Sosial
Seperti telah dijelaskan pada bagian
tinjauan pustaka, masyarakat modern cenderung untuk memperoleh sesuatu secara instan
dengan logika sederahana dan lebih praktis. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia butuh berkomunikasi satu sama lain. Oleh karena itu, perlu disusun
suatu strategi dakwah ahlussunnah waljamaah dengan media sosial.
Basis media sosial disini bukan berarti
membuat suatu media tersendiri selain media sosial yang telah ada. Akan tetapi,
membangun suatu komunitas sosial berbasis online yang bisa berupa blog, laman
web, atau suatu page di media sosial. Media ini tidak hanya menyediakan
berbagai wawasan keilmuan akidah, tetapi juga bisa memungkinkan partisipan
untuk saling berinteraksi dan beropini. Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui
keluasan dan kedalaman wawasan pengguna sehingga dapat digunakan sebagai acuan
untuk membuat sebuah konten yang berhaluan ahlussunnah dan dapat diterima luas
oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga seorang figur sentral agar diskusi
yang terjadi dapat terarah dan teratur.
Media dakwah online ini juga diharapkan
memungkinkan peserta untuk berinteraksi di dunia nyata sehingga saling
bermuwajahah satu sama lain. Hal ini diperlukan untuk menghindari prasangka
yang mungkin dapat timbul selama berinteraksi dalam media sosial. Sumber
referensi yang digunakan dalam pembahasan setiap ilmu juga harus tervalidasi
sehingga dapat diterima keabsahannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aidid, Mustofa. 2013. AHLI BID’AH DOLALAH . www. muslim.or.id
Alqur’anul
Karim
Baehaqi, Ahmad. 2010. PAHAM AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH
YANG DIBENARKAN. www.almanhaj.or.id
Gunawan, Ahmad. 2013. BID’AH DALAM AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH . www. muslim.or.id
Hamzah, Amir. 2013. PERSPEKTIF AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH. www.nu.or.id
Maimoen, M. Najih. 2010. AHLUSSUNNAH WAL JAMA‟AH AQIDAH, SYARI‟AT, AMALIYAH . Sarang: Ribath Darusshohihain
Qasim, Ibnu. 2015. AKIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH. www. muslimmedianews.or.id
Sholehuddin.
2015. PEMIKIRAN KYAI WAHAB HASBULLAH TENTANG DAKWAH ISLAMIYAH. Jurnal Risalah(online). Vol. 26 Halaman 14. www.dakwah-cerdas.com
Zulkarnain.
2015. DAKWAH ISLAM DI ERA MODERN. Jurnal Risalah(online). Vol. 26
Halaman 14. www.dakwah-era-modern.com
Komentar
Posting Komentar